Jika Lionel Messi bisa mendapatkan predikat Pemain Terbaik di dunia selama 3 tahun berturut-turut, tapi itu belum seberapa dengan seseorang yang berpredikat Manusia Terbaik. Dia adalah Nabi Muhammad SAW, Allah mengutusnya ke tengah-tengah manusia di bumi yang hidup dibwah kebodohan agar kelak menjadikan pengikut-pengikutnya sebagai orang-orang yang berada dalam Jalan Allah yang nantinya akan mendapatkan kenikmatan yang senikmat-nikmatnya di kehidupan yang sesungguhnya, bukan kehidupan yang hanya sementara yang hanya berkisar sampai 70 tahun lamanya hidup. Tapi, hidup abadi di Surga bersama para nabi dan umatnya.
Betapa bagusnya pribadi nabi Muhammad ini, karena dia benar-benar langsung di ajari oleh Allah SWT, semua orang yang pernah bertemu dengannya pasti akan senang dengan Muhammad SAW. Orang-orang kafir sebenarnya senang dengan beliau, akan tetapi orang-orang kafir hanya tidak menyukai ajaran yang dibawa Muhammad SAW. Adakah Manusia yang tidak pernah berbohong dalam hidupnya? Adakah manusia yang tidak marah ketika dirinya dihujani bebatuan? Adakah Manusia yang bisa sabar saat wajahnya diludahi seseorang serta dimaki-maki? Hanya Muhammad seoranglah yang seperti itu.
Tokoh-tokoh dari berbagai kalangan, tokoh Agama, Ilmuwan besar, Peneliti, Ahli dalam suatu bidang berpendapat tentang Nabi Muhammad SAW,
”Saya ingin mengetahui tentang manusia paling
berpengaruh dalam hati jutaan umat manusia
ini… Saya semakin bertambah yakin bahwa
kemenangan yang didapat olehIslam pada
masa-masa itu bukanlah dari ayunan pedang.
Kemenangan itu buah dari kesederhanaan Nabi
yang gigih, keikhlasan Nabi yang telah mencapai
puncaknya, kehati-hatian terhadap semua
amanat yang diembannya, pengabdian yang
mendalam terhadap para sahabat dan
pengikutnya, keberaniannya dan
ketidaktakutannya, hingga keyakinan yang
sempurna terhadap Tuhan dan misinya. Inilah
semua dan bukanlah jalan pedang yang
mengatasi semua halangan-halangan itu. Ketika
saya menyelesaikan Bab kedua dari biografi sang
Nabi, saya menyesal: sudah tidak ada lagi
kehidupan agung lain yang bisa saya pelajari.” –
Mahatma Gandhi, Young India, 1922.
berpengaruh dalam hati jutaan umat manusia
ini… Saya semakin bertambah yakin bahwa
kemenangan yang didapat olehIslam pada
masa-masa itu bukanlah dari ayunan pedang.
Kemenangan itu buah dari kesederhanaan Nabi
yang gigih, keikhlasan Nabi yang telah mencapai
puncaknya, kehati-hatian terhadap semua
amanat yang diembannya, pengabdian yang
mendalam terhadap para sahabat dan
pengikutnya, keberaniannya dan
ketidaktakutannya, hingga keyakinan yang
sempurna terhadap Tuhan dan misinya. Inilah
semua dan bukanlah jalan pedang yang
mengatasi semua halangan-halangan itu. Ketika
saya menyelesaikan Bab kedua dari biografi sang
Nabi, saya menyesal: sudah tidak ada lagi
kehidupan agung lain yang bisa saya pelajari.” –
Mahatma Gandhi, Young India, 1922.
”Adalah tidak mungkin bagi seseorang yang
mempelajari kehidupan dan karakter seorang
Nabi besar dari bangsa Arab itu -yang
mengetahui bagaimana ia mengajar dan
menjalani hidup- hanya akan tiba pada sekedar
rasa hormat saja atas kemuliaan Nabi yang
menakjubkan ini, salah seorang utusan Tuhan
yang teragung. Dan walau pun dalam karya-
karya saya yang mungkin dikenal banyak orang,
saya menulis banyak tentangnya, tetap saja
ketika saya membacanya berulang kali, rasa
hormat, penghargaan dan takjub saya tak
pernah ada habisnya bagi mahaguru dari bangsa
Arabitu.” – Annie Besant, The Life and
Teachings of Muhammad, Madras, 1932
mempelajari kehidupan dan karakter seorang
Nabi besar dari bangsa Arab itu -yang
mengetahui bagaimana ia mengajar dan
menjalani hidup- hanya akan tiba pada sekedar
rasa hormat saja atas kemuliaan Nabi yang
menakjubkan ini, salah seorang utusan Tuhan
yang teragung. Dan walau pun dalam karya-
karya saya yang mungkin dikenal banyak orang,
saya menulis banyak tentangnya, tetap saja
ketika saya membacanya berulang kali, rasa
hormat, penghargaan dan takjub saya tak
pernah ada habisnya bagi mahaguru dari bangsa
Arabitu.” – Annie Besant, The Life and
Teachings of Muhammad, Madras, 1932
“Citra baiknya mengalahkan ketenaran raja-raja.
Nabi yang diutus Tuhannya ini melakukan
pekerjaan sehari-hari. Ia menyalakan api,
menyapu lantai, memeras susu kambing, dan
menambal sendiri sepatu dan pakaiannya yang
terbuat dari wol. Seakan menolak pencitraan
dirinya sebagai seorang pertapa suci yang
diagungkan, ia menjalani hidup seperti seorang
bangsa Arab dan seorang prajurit – dengan
sedikit makan.” – Edward Gibbon, The History
of the Decline And Fall of The Roman
Empire, Vol. VI, London: The Folio Society,
p.264.
Nabi yang diutus Tuhannya ini melakukan
pekerjaan sehari-hari. Ia menyalakan api,
menyapu lantai, memeras susu kambing, dan
menambal sendiri sepatu dan pakaiannya yang
terbuat dari wol. Seakan menolak pencitraan
dirinya sebagai seorang pertapa suci yang
diagungkan, ia menjalani hidup seperti seorang
bangsa Arab dan seorang prajurit – dengan
sedikit makan.” – Edward Gibbon, The History
of the Decline And Fall of The Roman
Empire, Vol. VI, London: The Folio Society,
p.264.
”Dia adalah kepala negara sekaligus pemimpin
agama, dia adalah Kaisar dan Paus jadi satu.
Tapi, dia adalah Paus tanpa kekuasaan kepausan,
dan Kaisar tanpa pasukan kekaisaran, tanpa bala-
tentara yang siap tempur, tanpa pengawal, tanpa
istana,tanpa pemasukan yang tetap.” –
Bosworth Smith, Mohammad and
Mohammadanism, London, 1874, p. 92.
agama, dia adalah Kaisar dan Paus jadi satu.
Tapi, dia adalah Paus tanpa kekuasaan kepausan,
dan Kaisar tanpa pasukan kekaisaran, tanpa bala-
tentara yang siap tempur, tanpa pengawal, tanpa
istana,tanpa pemasukan yang tetap.” –
Bosworth Smith, Mohammad and
Mohammadanism, London, 1874, p. 92.
“Seorang laki-laki yang jujur dan setia. Jujur
dalam perbuatan, perkataan dan pemikirannya.
Mereka mencatat bahwa beliau selalu
bersungguh-sungguh terhadap segala sesuatu.
Seorang laki-laki yang pendiam. Diam apabila
tidak ada yang harus dikatakan, tetapi selalu bijak
dan tulus apabila berbicara. Selalu menerangi
setiap persoalan. Ini adalah bagian dari apa yang
disebut perkataan yang bernilai.” (Hero and
Hero-worship, halaman 69).
dalam perbuatan, perkataan dan pemikirannya.
Mereka mencatat bahwa beliau selalu
bersungguh-sungguh terhadap segala sesuatu.
Seorang laki-laki yang pendiam. Diam apabila
tidak ada yang harus dikatakan, tetapi selalu bijak
dan tulus apabila berbicara. Selalu menerangi
setiap persoalan. Ini adalah bagian dari apa yang
disebut perkataan yang bernilai.” (Hero and
Hero-worship, halaman 69).
”Sejarah mengenal banyak para tokoh
pembaharu di bidang agama, yang memiliki
posisi untuk memainkan peran politik. Namun
sering mereka terbukti tak mampu beradaptasi
pada bekerjanya kekuatan-kekuatan ”political
interplay” yang ada. Mereka telah gagal bertindak
pada saat dan tempat yang diperlukan, mereka
tidak tahu cara bagaimana ”membaca” berbagai
tujuan jangka panjang, dan juga tidak berhasil
menjalankan kegiatan praktis yang terus-
menerus dapat berubah, untuk memenuhi
kebutuhan yang juga terus-menerus berubah
sesuai kebutuhan pada saat itu juga. Terkadang
para pemimpin agama itu pun harus
bekerjasama dengan orang yang memiliki
kepiawaian menyiasati – yang tinggi tingkat
kesulitannya – dan yang mampu mewujudkan
rencana-rencana. Tetapi Muhammad
menemukan dalam dirinya semua hal itu: dia
memiliki semua bekal yang dibutuhkan untuk
memenuhi peran gandanya tersebut. Di Medina,
sang penyeru kebenaran abadi tersebut telah
muncul pula sebagai seorang politisi yang ulet
dan handal. Mampu mengendalikan perasaannya
dantidak memperbolehkan perasaan tersebut
terlihat kecuali pada waktunya yang tepat.
Mampu menunggu sekali pun untuk waktu yang
lama, dan bertindak cepat jika saat yang tepat
datang… Dengan cara yang sama – sebagian
besarnya – dia juga telah membuktikan dirinya
sebagai jendral piawai, yang mampu, dalam
merancang peperangan secara cerdik, dan
mengambil langkah tepat yang diperlukan di
setiap pertempuran”. – Maxime Rodinson,
Muhammad, diterjemahkan dari bahasa
Prancis oleh Anne Carter, London.
pembaharu di bidang agama, yang memiliki
posisi untuk memainkan peran politik. Namun
sering mereka terbukti tak mampu beradaptasi
pada bekerjanya kekuatan-kekuatan ”political
interplay” yang ada. Mereka telah gagal bertindak
pada saat dan tempat yang diperlukan, mereka
tidak tahu cara bagaimana ”membaca” berbagai
tujuan jangka panjang, dan juga tidak berhasil
menjalankan kegiatan praktis yang terus-
menerus dapat berubah, untuk memenuhi
kebutuhan yang juga terus-menerus berubah
sesuai kebutuhan pada saat itu juga. Terkadang
para pemimpin agama itu pun harus
bekerjasama dengan orang yang memiliki
kepiawaian menyiasati – yang tinggi tingkat
kesulitannya – dan yang mampu mewujudkan
rencana-rencana. Tetapi Muhammad
menemukan dalam dirinya semua hal itu: dia
memiliki semua bekal yang dibutuhkan untuk
memenuhi peran gandanya tersebut. Di Medina,
sang penyeru kebenaran abadi tersebut telah
muncul pula sebagai seorang politisi yang ulet
dan handal. Mampu mengendalikan perasaannya
dantidak memperbolehkan perasaan tersebut
terlihat kecuali pada waktunya yang tepat.
Mampu menunggu sekali pun untuk waktu yang
lama, dan bertindak cepat jika saat yang tepat
datang… Dengan cara yang sama – sebagian
besarnya – dia juga telah membuktikan dirinya
sebagai jendral piawai, yang mampu, dalam
merancang peperangan secara cerdik, dan
mengambil langkah tepat yang diperlukan di
setiap pertempuran”. – Maxime Rodinson,
Muhammad, diterjemahkan dari bahasa
Prancis oleh Anne Carter, London.
“Mereka (pengkritik Muhammad Shallallahu Alaihi
wa Sallam) melihat api bukannya cahaya,
mendapat kebodohan bukan kebaikan. Mereka
mengubah setiap kebaikan dengan kejahatan
yang besar. Ha1 ini menggambarkan kebejatan
moral mereka….kritikan tersebut adalah buta.
Mereka tidak bisa melihat bahwa satu-satunya
pedang Muhammad adalah pedang kemurahan
hati, petunjuk, persahabatan, kemauan untuk
memafkan pedang yang menaklukan musuh-
musuhnya dan membersihkan hati mereka.
Pedangnya lebih tajam daripada pedang baja.”
{Pandit Gyanandra Dev Sharma Shastri,
pada suatu rapat di Gorakhpur (India), 1928}
wa Sallam) melihat api bukannya cahaya,
mendapat kebodohan bukan kebaikan. Mereka
mengubah setiap kebaikan dengan kejahatan
yang besar. Ha1 ini menggambarkan kebejatan
moral mereka….kritikan tersebut adalah buta.
Mereka tidak bisa melihat bahwa satu-satunya
pedang Muhammad adalah pedang kemurahan
hati, petunjuk, persahabatan, kemauan untuk
memafkan pedang yang menaklukan musuh-
musuhnya dan membersihkan hati mereka.
Pedangnya lebih tajam daripada pedang baja.”
{Pandit Gyanandra Dev Sharma Shastri,
pada suatu rapat di Gorakhpur (India), 1928}
”Sebuah gambaran kesuksesan yang dramatis.
Dialah Muhammad, sang Nabi; dialah
Muhammad sang pejuang; Muhammad sang
pekerja (penggembala kambing, pedagang);
Muhammad sang negarawan; Muhammad sang
orator; Muhammad sang pembaharu;
Muhammad sang pengayom para yatim;
Muhammad sang pelindung para budak;
Muhammad sang emansipator kaum wanita;
Muhammad sang hakim yang adil; Muhammad
sang orang suci. Pada keseluruhan aktifitas
kemanusiaan yang ada, ia bagaikan seorang
pahlawan.” – K.S Ramakhrisna Rao, Profesor
Filosofi di India dalam bukunya:
”Muhammad, The Prophet of Islam”.
Dialah Muhammad, sang Nabi; dialah
Muhammad sang pejuang; Muhammad sang
pekerja (penggembala kambing, pedagang);
Muhammad sang negarawan; Muhammad sang
orator; Muhammad sang pembaharu;
Muhammad sang pengayom para yatim;
Muhammad sang pelindung para budak;
Muhammad sang emansipator kaum wanita;
Muhammad sang hakim yang adil; Muhammad
sang orang suci. Pada keseluruhan aktifitas
kemanusiaan yang ada, ia bagaikan seorang
pahlawan.” – K.S Ramakhrisna Rao, Profesor
Filosofi di India dalam bukunya:
”Muhammad, The Prophet of Islam”.
“Beliau memilih untuk hijrah daripada harus
berperang melawan rakyatnya sendiri; tetapi
ketika penindasan mereka sudah di luar batas
toleransi barulah beliau mengangkat pedang
untuk membela diri. Mereka yang percaya
bahwa suatu agama bisa disebarkan dengan
kekerasan adalah orang yang bodoh yang tidak
tahu jalannya suatu agama ataupun jalannya
dunia. Mereka bangga dengan kepercayaannya
karena mereka berada di suatu jalan, jalan yang
jauh dari kebenaran” (Seorang jurnalis Sikh
dalam Nawan Hindustan, New Delhi, 17
November 1947).
berperang melawan rakyatnya sendiri; tetapi
ketika penindasan mereka sudah di luar batas
toleransi barulah beliau mengangkat pedang
untuk membela diri. Mereka yang percaya
bahwa suatu agama bisa disebarkan dengan
kekerasan adalah orang yang bodoh yang tidak
tahu jalannya suatu agama ataupun jalannya
dunia. Mereka bangga dengan kepercayaannya
karena mereka berada di suatu jalan, jalan yang
jauh dari kebenaran” (Seorang jurnalis Sikh
dalam Nawan Hindustan, New Delhi, 17
November 1947).
”Dia seorang diri, mampu menyatukan suku-
suku yang sedang berperang menjadi suatu
kesatuan bangsa yang kuat dan besar dalam
waktu kurang dari dua dekade saja.” – Thomas
Calyle, Heroes And Hero Worship.
suku yang sedang berperang menjadi suatu
kesatuan bangsa yang kuat dan besar dalam
waktu kurang dari dua dekade saja.” – Thomas
Calyle, Heroes And Hero Worship.
”Pemimpin harus memenuhi tiga fungsi –
Menyediakan kesejahteraan bagi pengikutnya,
menyediakan organisasi sosial di mana
rakyatnya merasa aman, dan menyediakan
mereka dengan suatu bentuk kepercayaan.
Orang-orang seperti Pasteur dan Salk adalah
pemimpin dalam fungsi yang pertama. Orang-
orang seperti Gandhi dan Confucius, di satu
pihak, dan Alexander atau Caesar di pihak lain,
adalah pemimpin yang memenuhi fungsi yang
kedua atau mungkin yang ketiga. Yesus dan
Buddha memenuhi fungsi ketiga. Mungkin
pemimpin yang terbesar sepanjang waktu
adalah Muhammad yang mengkombinasikan
ketiga fungsi. Untuk kriteria yang sama, Musa
menduduki tempat kedua.” – Jules
Masserman, Psikoanalis Amerika, Majalah
Time, 15 Juli, 1974.
Menyediakan kesejahteraan bagi pengikutnya,
menyediakan organisasi sosial di mana
rakyatnya merasa aman, dan menyediakan
mereka dengan suatu bentuk kepercayaan.
Orang-orang seperti Pasteur dan Salk adalah
pemimpin dalam fungsi yang pertama. Orang-
orang seperti Gandhi dan Confucius, di satu
pihak, dan Alexander atau Caesar di pihak lain,
adalah pemimpin yang memenuhi fungsi yang
kedua atau mungkin yang ketiga. Yesus dan
Buddha memenuhi fungsi ketiga. Mungkin
pemimpin yang terbesar sepanjang waktu
adalah Muhammad yang mengkombinasikan
ketiga fungsi. Untuk kriteria yang sama, Musa
menduduki tempat kedua.” – Jules
Masserman, Psikoanalis Amerika, Majalah
Time, 15 Juli, 1974.
”Menurutku, Muhammad adalah seorang lelaki
biasa. Dia tidak bisa membaca dan menulis. Dia
buta huruf. Kita membicarakan masa 1.400
tahun yang lalu. Dimana sesorang yang buta
huruf membuat pernyataan-pernyataan
menakjubkan, yang secara ilmiah luar biasa
akurat. Saya secara pribadi tidak bisa melihat hal
ini sebagai sebuah kebetulan belaka. Terlalu
banyak akurasi yang dia berikan, seperti Dr.
Moore, saya tidak punya keraguan dalam fikiran
saya bahwa adalah wahyu Tuhan yang
membimbing Muhammad dalam membuat
pernyataan-pernyataan itu” – Dr. TVN Persaud,
Profesor Anatomi, Ahli Kesehatan dan
Penyakit Anak, Kanada. Mempublikasikan
lebih dari 181 tulisan ilmiah. Tahun 1991
menerima penghargaan tertinggi bidang
anatomi di Kanada.
biasa. Dia tidak bisa membaca dan menulis. Dia
buta huruf. Kita membicarakan masa 1.400
tahun yang lalu. Dimana sesorang yang buta
huruf membuat pernyataan-pernyataan
menakjubkan, yang secara ilmiah luar biasa
akurat. Saya secara pribadi tidak bisa melihat hal
ini sebagai sebuah kebetulan belaka. Terlalu
banyak akurasi yang dia berikan, seperti Dr.
Moore, saya tidak punya keraguan dalam fikiran
saya bahwa adalah wahyu Tuhan yang
membimbing Muhammad dalam membuat
pernyataan-pernyataan itu” – Dr. TVN Persaud,
Profesor Anatomi, Ahli Kesehatan dan
Penyakit Anak, Kanada. Mempublikasikan
lebih dari 181 tulisan ilmiah. Tahun 1991
menerima penghargaan tertinggi bidang
anatomi di Kanada.
”Dari penelitian-penelitian saya dan apa yang
telah saya pelajari dari konferensi ini, saya
percaya bahwa segala yang telah ditulis di
Qur’an 1.400 tahun yang lalu adalah kebenaran
yang dapat dibuktikan dengan penelitian ilmiah.
Karena Muhammad tidak dapat menulis dan
membaca, Muhammad pastilah seorang utusan
yang menyampaikan kebenaran yang
diwahyukan kepadanya sebagai pencerahan dari
yang Maha Pencipta.” – Profesor Tagata
Tagasone, Mantan Kepala Fakultas
Anatomi dan Embriologi di Universitas
Chiang Mai, Thailand.
telah saya pelajari dari konferensi ini, saya
percaya bahwa segala yang telah ditulis di
Qur’an 1.400 tahun yang lalu adalah kebenaran
yang dapat dibuktikan dengan penelitian ilmiah.
Karena Muhammad tidak dapat menulis dan
membaca, Muhammad pastilah seorang utusan
yang menyampaikan kebenaran yang
diwahyukan kepadanya sebagai pencerahan dari
yang Maha Pencipta.” – Profesor Tagata
Tagasone, Mantan Kepala Fakultas
Anatomi dan Embriologi di Universitas
Chiang Mai, Thailand.
”Pilihan saya terhadap Muhammad untuk
menempatkannya pada nomor teratas pada
daftar Manusia Paling Berpengaruh di Dunia
mungkin mengejutkan banyak pembaca dan
menimbulkan pertanyaan bagi lainnya, tetapi Ia
adalah satu-satunya dalam sejarah yang sangat
sukses baik dalam urusan religi
maupun keduniawian.” – Michael H. Hart, The
100: A Ranking Of The Most Influential
Persons In History, New York, 1978, P. 33.
menempatkannya pada nomor teratas pada
daftar Manusia Paling Berpengaruh di Dunia
mungkin mengejutkan banyak pembaca dan
menimbulkan pertanyaan bagi lainnya, tetapi Ia
adalah satu-satunya dalam sejarah yang sangat
sukses baik dalam urusan religi
maupun keduniawian.” – Michael H. Hart, The
100: A Ranking Of The Most Influential
Persons In History, New York, 1978, P. 33.
“Muhammad adalah suatu jiwa yang bijaksana
dan pengaruhnya dirasakan dan tak akan
dilupakan oleh orang orang di
sekitarnya.” (Diwan Chand Sharma, seorang
sarjana beragama Hindu, dalam bukunya
The Prophets of the East (Nabi-nabi dari
Timur), Calcutta 1935, halaman 122.)
dan pengaruhnya dirasakan dan tak akan
dilupakan oleh orang orang di
sekitarnya.” (Diwan Chand Sharma, seorang
sarjana beragama Hindu, dalam bukunya
The Prophets of the East (Nabi-nabi dari
Timur), Calcutta 1935, halaman 122.)
”Apabila tujuan yang luar biasa besar, dengan
bekal memulai yang amat minim, dan hasil yang
juga luarbiasa besar, adalah tiga syarat untuk
sesorang disebut jenius, siapa yang berani
membandingkan manusia hebat mana pun
dalam sejarah modern ini dengan Muhammad?
Orang-orang yang paling terkenal hanya
menghasilkan senjata, hukum dan kekaisaran.
Mereka menemukan tak lain hanya kekuatan
material yang seringkali lenyap begitu saja di
depan mata. Orang ini tidak hanya
mengendalikan pasukan, undang-undang,
kerajaan-kerajaan, orang-orang dan dinasti,
tetapi jutaan manusia di sepertiga dunia yang
dihuni masa itu; dan lebih dari itu. Dia
menggoyangkan altar-altar, dewa-dewa, agama-
agama,ide-ide, kepercayaan-kepercayaan dan
jiwa-manusia… keuletannya untuk mencapai
kemenangan, tekadnya… kesemuanya semata
dicurahkan untuk satu gagasan mulia, dan
samasekali bukan untuk membangun sebuah
kekaisaran. Filosof, orator, rasul, pembuat
undang-undang, pejuang, pencetus ide-ide,
pelestari ajaran yang rasional dan keyakinan
bekal memulai yang amat minim, dan hasil yang
juga luarbiasa besar, adalah tiga syarat untuk
sesorang disebut jenius, siapa yang berani
membandingkan manusia hebat mana pun
dalam sejarah modern ini dengan Muhammad?
Orang-orang yang paling terkenal hanya
menghasilkan senjata, hukum dan kekaisaran.
Mereka menemukan tak lain hanya kekuatan
material yang seringkali lenyap begitu saja di
depan mata. Orang ini tidak hanya
mengendalikan pasukan, undang-undang,
kerajaan-kerajaan, orang-orang dan dinasti,
tetapi jutaan manusia di sepertiga dunia yang
dihuni masa itu; dan lebih dari itu. Dia
menggoyangkan altar-altar, dewa-dewa, agama-
agama,ide-ide, kepercayaan-kepercayaan dan
jiwa-manusia… keuletannya untuk mencapai
kemenangan, tekadnya… kesemuanya semata
dicurahkan untuk satu gagasan mulia, dan
samasekali bukan untuk membangun sebuah
kekaisaran. Filosof, orator, rasul, pembuat
undang-undang, pejuang, pencetus ide-ide,
pelestari ajaran yang rasional dan keyakinan
tanpa simbol-simbol, pendiri duapuluhtiga
kerajaan dengan satu agama, itulah Muhammad.
Dengan menggunakan standar manusiawi apa
pun, kita boleh bertanya, ADAKAH ORANG
YANG LEBIH HEBAT DARI DIA?” – Lamartine,
Histoire de la Turquire, Paris, 1854, Vol. II,
pp 276-277.
kerajaan dengan satu agama, itulah Muhammad.
Dengan menggunakan standar manusiawi apa
pun, kita boleh bertanya, ADAKAH ORANG
YANG LEBIH HEBAT DARI DIA?” – Lamartine,
Histoire de la Turquire, Paris, 1854, Vol. II,
pp 276-277.